Saya dan Bidadari sering bertengkar, di
musim apa pun, tentang apa pun. Dia sering menampar saya, tapi saya
tidak pernah membalas tamparannya. Sebenarnya saya ingin membalas. Tapi
yang terjadi saya hanya bertahan, tidak melawan.
Dia juga melempari saya dengan barang-barang, yang kebetulan ada di
dekatnya. Botol saus, gelas, piring, bantal, buku, jambangan bunga,
lampu meja, sepatu, kursi…. Dia juga suka mencakar. Bidadari seharusnya
tidak mencakar dan tidak punya cakar. Tapi dia mencakar. Memang bidadari
yang langka. Sekarang saya bisa tersenyum membicarakannya. Tapi di saat
kejadian, dunia ini seperti teraduk-aduk, berantakan sekali.
Benda-benda bertaburan di sana dan di sini, seperti telur-telur ayam
pecah.
Di dinding rumah saya dulu ada lukisan pastel yang bagus. Abstrak.
Komposisi warnanya hitam dan putih. Lukisan itu saya beli dari
pelukisnya langsung, tetangga saya sendiri. Rumahnya merangkap galeri.
Pengunjung mondar-mandir dalam rumah itu. Kami bisa melihat botol-botol
selai di meja makan atau piring-piring bekas sarapan yang bertumpuk di
bak cucian di dapurnya, atau melewati kamar tidur si pelukis atau kamar
tidur anak-anaknya yang terbuka.
Lukisan itu sekarang penuh bercak merah saus tomat, berada di gudang.
Saya suka sekali lukisan itu. Saya kecewa, tapi Bidadari tidak minta
maaf.
Kuku-kukunya panjang. Goresannya membuat wajah saya terasa perih. Dia
juga pernah meninju mata saya, sehingga saya seperti melihat ada
benang-benang hitam kait-mengait, bergumpal-gumpal, melayang-layang di
udara sesudahnya, selama beberapa hari. Saya pergi ke kantor dengan mata
kiri diperban untuk menyembunyikan bekas ulahnya. Sewaktu rekan kerja
saya memandang heran dan ada yang bertanya, ”Kenapa mata kamu, Jack?”,
saya menjawab bahwa mata saya dicium bola basket waktu saya main basket.
Ciuman panas. Mereka tertawa.
Saya tidak melaporkan kejadian ini ke polisi. Bidadari bisa masuk penjara kalau saya melapor.
Di lain waktu, saya bertahan dengan melindungi wajah saya dari
serangannya dengan kedua tangan saya ini, tapi dia justru makin kalap.
Kalau saya diam atau bertahan, dia tambah kalap. Kalau saya belum luka
atau lebam, dia belum berhenti.
Di hari yang membuat penampilan saya sangat buruk dan perasaan saya
lebih kacau dibanding kejadian sebelumnya, saya memutuskan tidak datang
ke kantor. Saya seharian di rumah dan kalau bosan, di sore hari saya
mampir ke rumah sahabat saya, Tom. Ketika saya katakan bahwa saya
seharian di rumah, dia langsung tahu apa yang terjadi. Kadang-kadang Tom
bekerja sampai malam. Saya akan pergi ke rumahnya setelah jam makan
malam, kemudian kami ngobrol sampai larut.
Setelah bertengkar hebat, Bidadari akan mengangkuti semua barangnya
ke mobil, membanting pintu depan dan pergi dari rumah saya, seolah-olah
dia tidak akan kembali lagi. Setiap selesai bertengkar dengannya, saya
benci sekali pada dia, sangat benci. Andaikata mobilnya terguling di
jalan dan meledak, saya lebih senang. Artinya, hubungan kami benar-benar
selesai. Tapi beberapa hari kemudian dia akan menghubungi saya dan saya
menerimanya lagi. Dia membawa barang-barangnya lagi ke rumah, lalu
menata semuanya di tempat semula, seperti pegawai museum memajang
kembali koleksi yang sempat dicuri.
Rumah Tom hanya 10 menit bermobil dari rumah saya. Dia berkali-kali
meminta saya tidak lagi berhubungan dengan Bidadari. Kata Tom,
sebenarnya Iblis adalah nama yang lebih sesuai untuk pasangan saya. Dia
mengkhawatirkan keselamatan saya. Tapi saya tidak tahu cara yang tepat
untuk menjauhi Bidadari. Dengan cara seperti menjauhi rokok, Tom memberi
usul. Orang yang berhenti merokok kurang dari setengah tahun biasanya
masih gampang tergoda untuk kembali merokok dan akan mencandu lebih
parah. Orang bisa disebut bebas dari rokok setelah setahun tidak
mengisapnya sama sekali. Setelah satu tahun itu berlalu, kamu bahkan
tidak berselera lagi melihat rokok, tidak tertarik mencoba sedikit pun.
Saya tidak tahu dari mana Tom memperoleh teori semacam itu. Saya dan
Bidadari paling lama tidak saling menyapa hanya satu minggu.
Kadang-kadang saya membawa Garcia, anjing kecil saya, ke rumah Tom.
Garcia senang berada di luar rumah. Dia paling suka taman. Dia selalu
menunggu saya pulang dari kantor untuk mengajaknya berjalan-jalan
sebentar di halaman belakang atau ke taman dekat rumah. Sekarang dia
sengaja saya kunci dalam kamar di lantai atas. Pagi ini saya tidak ingin
dia berkeliaran di lantai bawah.
Kalau saya dan Bidadari bertengkar di akhir pekan dan itu
berkali-kali terjadi, saya memutuskan tidak menjemput putri saya, Anna,
untuk menginap di rumah. Saya tidak ingin anak saya melihat ayahnya
dalam keadaan berantakan. Anak saya harus mengenang saya sebagai ayah
yang menyenangkan, membuatnya tenang dan gembira, bukan membuatnya
khawatir dan sedih.
Setelah itu saya akan menelepon Sue dan mengatakan bahwa saya sangat
sibuk. Saya akan minta tolong kepadanya untuk membiarkan putri kami
tinggal dengannya di akhir pekan itu. Seringkali Sue kesal pada saya dan
wajar saja dia kesal, karena dia sudah ada janji dengan teman. Dia
ingin saya yang menghabiskan waktu akhir pekan dengan Anna, karena akhir
pekan adalah giliran saya bersama putri kami. Sue tidak pernah
bercerita tentang pacarnya. Saya pikir, dia memang tidak punya pacar.
Tapi saya sebetulnya tidak peduli dia punya pacar atau tidak. Sue juga
tidak peduli pada saya. Sudah lama dia tidak peduli, sebelum kami
akhirnya berpisah.
Botol-botol minuman memenuhi tong sampah di dapur. Bir, Vodka,
Tequilla….. Bidadari suka minum dan mabuk. Dulu saya jarang minum, tapi
sejak saya berhubungan dengannya saya minum makin banyak.
Umur saya 50 tahun. Putri saya, Anna, masih belajar di sekolah
menengah atas. Sejak saya dan Sue berpisah tiga tahun lalu, putri kami
harus membagi waktu untuk tinggal di dua rumah. Di hari Sabtu dan
Minggu, Anna menginap di rumah saya. Senin sampai Jumat, dia tinggal
bersama ibunya.
Saya kesepian dan karena itu, saya memelihara Garcia. Sebelum
Bidadari datang, saya sudah memelihara Garcia. Anna menyukai Garcia.
Anjing saya mudah akrab dengan orang, sehingga siapa saja yang
berkenalan dengannya langsung suka. Tom sebenarnya tidak suka anjing,
tapi dia suka Garcia.
Kadang-kadang saya mengajak Anna ke rumah Tom. Dulu saya dan Tom
bertetangga. Rumah kami bersebelahan waktu saya baru menikah dengan Sue.
Persahabatan kami ternyata langgeng, hampir 20 tahun. Tom berpisah dari
Lizzy waktu anak mereka, Ricky, berumur delapan tahun. Lizzy menikahi
pacarnya sebulan kemudian sesudah mereka bercerai. Tom sempat jadi
peminum berat. Dia hancur-hancuran selama setengah tahun.
Lizzy kehilangan selera terhadapnya. Tom terlalu suka bahaya. Dia
pernah terancam hukuman mati dua kali, disandera pemberontak satu kali
dan kena tembak tiga kali.
Keuangan saya cukup kacau, setelah Bidadari hadir dalam hidup saya.
Tapi saya memang bukan orang pelit. Teman-teman saya menganggap Bidadari
hanya mengincar uang saya saja. Saya punya karier yang baik dan
pemasukan yang lumayan. Saya merintis karier saya di kantor pemerintah
kota. Bidadari kerja di sebuah klab malam. Gajinya tidak banyak.
Kami sudah berhubungan selama dua tahun. Di tahun kedua kami
berhubungan, dia pindah ke rumah saya. Sebab saya membutuhkan teman.
Sejak Bidadari tinggal di rumah, saya jarang mengundang teman-teman
saya untuk makan malam di rumah atau mampir di akhir pekan. Bidadari
merasa tidak nyaman dengan kehadiran teman-teman saya. Dia merasa mereka
mengejeknya di belakang punggungnya. Dia merasa dikucilkan tiap kali
kami berkumpul. Itu tidak benar. Tom, meski kesal, justru paling ramah
pada Bidadari. Dia senang membantunya menyiapkan makanan. Bidadari jauh
lebih muda dari saya. Umurnya baru 30-an. Cantik? Bagi saya, dia
menarik. Tapi dia memang tidak pernah keluar rumah tanpa riasan.
Lagipula dia bekerja di tempat yang mengharuskannya berpenampilan
begitu. Secara fisik, dia laki-laki, sama seperti saya. Tapi dia merasa
perempuan.
Sebenarnya orang-orang di kota ini ramah, bahkan kepada orang asing
seperti kamu. Tidak seharusnya saya kesepian. Saya juga punya
teman-teman baik. Tom sering menemani saya sarapan pagi di kedai kopi
kesukaan kami atau menemui saya di jam makan siang, tapi bagaimana pun
dia punya kehidupan sendiri.
Kedai kopi favorit saya dan Tom, itu asyik sekali. Kedai Mexico.
Makanan di sana murah. Saya dan Tom biasa memesan kopi, roti, dan
tortilla isi telur dan keju. Tidak sampai enam dollar.
Hari ini saya sengaja tidak sarapan di kedai kopi yang sama. Aneh
rasanya Tom tidak akan sarapan lagi bersama saya di sana. Dua minggu
lalu dia meninggal di Suriah, karena bom meledak. Dia sedang
mewawancarai orang waktu itu.
Di kedai ini makanan juga enak. Saya pernah makan di sini satu kali,
dengan Tom dan anaknya, Ricky. Kalau Ricky lebih suka kedai kopi yang
ini. Dia menawari saya untuk memesan eggs benedict waktu itu. Sekarang
saya memesan eggs benedict lagi. Ricky anak yang baik dan perasa. Dia
juga pintar masak. Saya suka beef brisket buatannya. Dia pasti sangat
kehilangan ayahnya. Saya ingin panjang umur untuk putri saya, Anna.
Besok saya ada janji dengan Ricky untuk menemaninya di rumah. Saya
benar-benar berantakan. Tapi saya harus menemaninya.
Apakah blueberry pancake kamu enak? Tidak terlalu manis? Saya tidak
suka makanan manis. Kalau sudah berumur seperti saya, sebaiknya kamu
mengurangi makanan yang manis-manis. Kamu sering sarapan di sini? Kamu
beruntung kuliah di kota ini. Orang-orangnya ramah pada orang asing.
Terhadap orang-orang Asia, tidak ada masalah. Tapi orang hitam dan
Hispanik mengalami diskriminasi. Mereka dianggap sering membuat masalah.
Kemiskinan dan kejahatan sering dalam satu paket. Tapi siapa yang tidak
mudah naik pitam, kalau lapar? Saya tidak bisa berpikir di saat lapar.
Eggs benedict ini porsinya terlalu besar. Dua telur. Kolesterol saya
bisa naik. Kamu mau satu? Dulu saya mengira Bali itu satu negara
tersendiri. Ternyata itu bagian dari Indonesia juga ya? Mudah-mudahan
saya bisa ke sana.
Saya tahu wajah saya berantakan sekali. Mata saya bengkak? Saya hanya
tidur dua jam tadi malam, kemudian tidak tidur lagi sampai pagi. Hari
ini saya tidak akan masuk kantor.
Saya benar-benar pusing.
Menurut kamu, apa yang harus saya lakukan kalau kejadiannya seperti ini.
Semalam, setelah Bidadari pergi, saya sempat tertidur dua jam.
Tiba-tiba telepon seluler saya berbunyi keras. Bidadari datang lagi. Dia
sudah di pintu depan, dia mengatakannya dengan nada datar. Saya pikir,
ada barang yang ketinggalan. Dia minta saya segera membuka pintu. Saya
turun ke lantai bawah, membuka pintu. Dia langsung menerobos masuk, lalu
menodongkan pistol ke arah saya.
Wajah Anna terbayang. Saya tidak mau mati. Saya membujuk Bidadari
untuk meletakkan pistol di meja, lalu kami bicara. Dia tidak mau. Dia
menarik pelatuk, membidik ke arah saya. Meleset. Kena dinding. Pistolnya
berperedam. Dia berancang-ancang untuk menembak lagi. Saya secepat
kilat melempar jambangan perunggu ke arahnya. Dia terjatuh. Kepalanya
menghantam meja marmer. Dia pingsan. Saya tidak berpikir panjang lagi,
langsung mengikat kaki dan tangannya. Mulutnya saya sumpal dengan
beberapa serbet. Dia sekarang di rumah, di ruang tamu. Pistolnya saya
masukkan ke dalam kantong plastik yang biasa dipakai untuk menyimpan
makanan di kulkas. Setelah itu saya mengendarai mobil keliling kota,
sampai pagi, sampai kedai kopi ini buka.
Saya akan menelepon polisi sesudah sarapan. Nama saya, Jack. Kamu? Rati? Rati-h?
Di bioskop, film Almodovar yang baru sedang diputar. Kamu mau
menonton nanti malam? Ajak teman-teman kamu juga. Saya traktir. Huuuhh….
Udara di luar dingin sekali.
Mari kita belajar bersama bagaikan kuda yang tak pernah berhenti ketika berlari, untuk mengapai sebuah cita menjadi sarjana.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Boruto: Naruto Next Generations Episode 24 Subtitle Indonesia
Boruto: Naruto Next Generations Episode 24 Subtitle Indonesia Boruto Episode 24 Subtitle Indonesia Download Boruto Subtitle Indone...
-
A. LETAK KERAJAAN Secara geografis kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Letak ters...
-
“Monster Biru vs. Rikudou Madara” ========== * Mungkin ada sebagian atau beberapa dari kalian bertanya tentang judul kali ini,...
-
Download Anagram Genius 9.2.0 - Mengumpulkan dan Mengedit serta Banyak Nama Menggunakan Anagram Genius Versi 9.2.0Anagram Geni...
No comments:
Post a Comment
Jika ingin berkomentar silahkan ikuti aturan di bawah ini :
1. Berkomentarlah dengan sopan.
2. Komentar tidak mengandung unsur SARA.